Dalam pekerjaan kita sehari-hari, kita pasti pernah melakukan kesalahan, membuat marah ataupun menyakiti sesama rekan kerja kita. Kadang kita gengsi dan malas untuk berurusan lebih lanjut dengan pihak lawan perseteruan kita, apalagi Meminta Maaf kepada beliau. Tapi kadang juga walaupun kita sudah melontarkan segudang permintaan maaf, pihak seberang itu tetap “diam seribu bahasa”, seperti menerima permintaan maaf kita tapi seperti tidak terima juga. Sebuah permintaan maaf haruslah disampaikan dengan tulus dan permintaan maaf kita tersebut haruslah konsekuen untuk dijalankan. Bukan semata lip-service, sehingga beliaupun akhirnya bersedia memaafkan kita. Jika pernah Anda alami, cobalah beberapa tips berikut :
TERIMA KRITIKAN DENGAN HATI LAPANG
Dengarkanlah semua curahan hati sang lawan bicara kita. Ini adalah bagian terpenting dalam sebuah proses meminta maaf. Ini tak lepas dari rasa bersalah kita. Kita harus menerima “omelannya” terlebih jika kitalah memang penyebab masalah tersebut. Apalagi jika kita dan beliau telah berulangkali bergesekan tentang masalah yang sama.
CARI JEDA WAKTU
Apabila argumentasi memanas, otomatis adrenalin kita akan terpacu, bahkan akan melontarkan kata-kata yang akan kita sesali dikemudian hari. Temukan tempat untuk meredakan gemuruh hati dan terpisah dari beliau. Jeda waktu amat berguna untuk mencari alternative solusi daripada terus mempertahankan ego dalam argumentasi.
JANGAN DIUNGKIT
Kalau kita menginginkan hubungan yang baik bahkan lebih baik lagi untuk selanjutnya, tidak perlu mengungkit masalah yang telah berlalu. Pastikan kesepakatan ini dicapai bersama dan hindari melakukan kesalahan ke 1001 kalinya.
JABATLAH TANGANNYA
Boleh percaya boleh tidak, saat seseorang penuh dengan emosi, yang perlu kita lakukan adalah menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan perlahan dan tulus. Sekalipun beliau mungkin menolaknya dikarenakan amat besar amarahnya, tapi jangan menyerah. Lakukan terus dan dapatkan jabatan tangannya. Ini akan meredakan kekesalan hatinya. Hal ini menjadi “sinyal” kepadanya bahwa sekalipun kita bersalah, tapi kita bukanlah musuhnya.
CIPTAKAN KONDUSIFITAS KOMUNIKASI
Saat beliau masih penuh dengan amarah, menghindari bertemu dengan kita, dan mengurung diri di tempatnya, mengapa tidak kita gunakan waktu tersebut untuk menyiapkan ruangan sekitar kita, termasuk rekan-rekan kerja yang lain menjadi nyaman untuk menunggunya keluar dari “persembunyiannya”
HINDARI KATA-KATA KETUS & KASAR
Udah salah, ngomongnya ketus & kasar lagi… dengan demikian kita tidak akan mencapai apa-apa. Kalau memang ingin minta maaf, jangan sekali-kali melontarkan kata-kata yang mengesalkan.
CARI KATA-KATA MANIS
Jujur pada diri sendiri sebelum menunjukan kejujuran kepada sang lawan. Pasti akan ada kata-kata manis untuk melunturkan kemarahannya. Selipkan guyonan untuk meredakan suasana yang memanas.
I AM SORRY
Tiga kata ini jangan sampai terlewatkan apalagi sampai terlupakan terucap karena kita sibuk mencari alasan-alasan untuk menjelaskan kesalahan kita saat kita berupaya untuk mendapatkan maaf darinya. Yakinkan dia kalau kita benar-benar merasa bersalah dan meminta maaf darinya. Sekian tips yang bisa saya ambil dari isi email yang saya terima beberapa hari lalu. Kita bisa bersalah tidak hanya dalam hal pekerjaan tapi juga dalam hubungan kita sehari-hari dengan rekan sekerja kita.
SELAMAT MENCOBA, SEMOGA BERMANFAAT….!!!!!
TERIMA KRITIKAN DENGAN HATI LAPANG
Dengarkanlah semua curahan hati sang lawan bicara kita. Ini adalah bagian terpenting dalam sebuah proses meminta maaf. Ini tak lepas dari rasa bersalah kita. Kita harus menerima “omelannya” terlebih jika kitalah memang penyebab masalah tersebut. Apalagi jika kita dan beliau telah berulangkali bergesekan tentang masalah yang sama.
CARI JEDA WAKTU
Apabila argumentasi memanas, otomatis adrenalin kita akan terpacu, bahkan akan melontarkan kata-kata yang akan kita sesali dikemudian hari. Temukan tempat untuk meredakan gemuruh hati dan terpisah dari beliau. Jeda waktu amat berguna untuk mencari alternative solusi daripada terus mempertahankan ego dalam argumentasi.
JANGAN DIUNGKIT
Kalau kita menginginkan hubungan yang baik bahkan lebih baik lagi untuk selanjutnya, tidak perlu mengungkit masalah yang telah berlalu. Pastikan kesepakatan ini dicapai bersama dan hindari melakukan kesalahan ke 1001 kalinya.
JABATLAH TANGANNYA
Boleh percaya boleh tidak, saat seseorang penuh dengan emosi, yang perlu kita lakukan adalah menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan perlahan dan tulus. Sekalipun beliau mungkin menolaknya dikarenakan amat besar amarahnya, tapi jangan menyerah. Lakukan terus dan dapatkan jabatan tangannya. Ini akan meredakan kekesalan hatinya. Hal ini menjadi “sinyal” kepadanya bahwa sekalipun kita bersalah, tapi kita bukanlah musuhnya.
CIPTAKAN KONDUSIFITAS KOMUNIKASI
Saat beliau masih penuh dengan amarah, menghindari bertemu dengan kita, dan mengurung diri di tempatnya, mengapa tidak kita gunakan waktu tersebut untuk menyiapkan ruangan sekitar kita, termasuk rekan-rekan kerja yang lain menjadi nyaman untuk menunggunya keluar dari “persembunyiannya”
HINDARI KATA-KATA KETUS & KASAR
Udah salah, ngomongnya ketus & kasar lagi… dengan demikian kita tidak akan mencapai apa-apa. Kalau memang ingin minta maaf, jangan sekali-kali melontarkan kata-kata yang mengesalkan.
CARI KATA-KATA MANIS
Jujur pada diri sendiri sebelum menunjukan kejujuran kepada sang lawan. Pasti akan ada kata-kata manis untuk melunturkan kemarahannya. Selipkan guyonan untuk meredakan suasana yang memanas.
I AM SORRY
Tiga kata ini jangan sampai terlewatkan apalagi sampai terlupakan terucap karena kita sibuk mencari alasan-alasan untuk menjelaskan kesalahan kita saat kita berupaya untuk mendapatkan maaf darinya. Yakinkan dia kalau kita benar-benar merasa bersalah dan meminta maaf darinya. Sekian tips yang bisa saya ambil dari isi email yang saya terima beberapa hari lalu. Kita bisa bersalah tidak hanya dalam hal pekerjaan tapi juga dalam hubungan kita sehari-hari dengan rekan sekerja kita.
SELAMAT MENCOBA, SEMOGA BERMANFAAT….!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar